Senin, 24 November 2008

Inspirasi Menulis


Setiap penulis pasti pernah mengalami kebuntuan dalam menulis. Mendadak macet di tengah-tengah proses penulisan, atau justru melepem saat baru ingin mulai menulis. Penyebabnya karena padamnya lentera inspirasi. Jalan pikiran menjadi gelap. Alhasil sang penulis terjebak, tak tahu harus melanjutkan ke arah mana. Tak ubahnya bagai perahu layar yang mendadak berhenti melaju akibat mati angin. Tidak maju, tidak pula mundur. Hanya mengapung-apung di tengah samudera. Jika sudah begitu, haruskah penulis berhenti menulis sementara menunggu kembalinya inspirasi?

Inspirasi adalah motor penggerak bagi penulis. Kehadirannya memang tak bisa ditebak. Kadang datang begitu saja tanpa diminta, kadang tak kunjung tiba meski sudah dinanti-nanti. Lantas bagaimana seandainya inspirasi tidak datang juga setelah sekian lama, haruskah penulis hanya terus menunggunya? Tentu saja tidak, karena jika seorang penulis baru menulis setelah inspirasi yang ditunggunya tiba, ini akan menyulitkan si penulis itu sendiri. Ia sulit menjadi produktif apabila hanya mengandalkan kedatangan inspirasi alias hanya pasif menunggu sampai inspirasi itu hinggap di kepalanya. Oleh sebab itu, penulis harus aktif mencari inspirasi. Menangkap inspirasi.
Di mana inspirasi berada? Thornton Wilder (1897-1975), seorang novelis dan penulis sandiwara terkenal asal Amerika, berkata demikian: “bahan mentah karya-karya besar hanyut mengapung mengitari dunia, menunggu untuk dibungkus kata-kata.” Dengan kata lain, inspirasi ada di mana-mana. Dunia di sekeliling kita adalah harta karun inspirasi yang terus bertambah jumlahnya seiring dengan perjalanan waktu. Setiap hari selalu ada yang baru. Matahari di hari Senin tak pernah seratus persen sama dengan Matahari di hari Selasa keesokan harinya. Lagu X yang kita nikmati di bawah langit cerah pastilah menghasilkan nuansa berbeda dengan lagu X yang sama yang kita nikmati saat langit kelabu berhujan. Selalu ada sesuatu yang baru. Betapa melimpahnya inspirasi itu di sekitar kita. Keseharian kita sesungguhnya bertaburan inspirasi : filem, berita, buku, musik, langit, bunga, kucing, pakaian, tutur kata, gerak-gerik, tatapan mata, deru mobil, angin sore, lilin yang menyala, bulan purnama….; terlalu banyak untuk disebutkan. Itu hanya sebagian kecil dari sarang inspirasi.
Inspirasi selalu sedang menunggu kita, para penulis, untuk menemukan dan menangkapnya. Dan kita pasti bisa, sebab kita semua telah diperlengkapi dengan seperangkat alat penangkapnya: indera. Jadi, apapun aktivitas keseharian atau kegiatan favorit kita, jangan biarkan inspirasi berlalu begitu saja tanpa arti. Jangan biarkan filem yang kita tonton, musik yang kita nikmati, buku yang kita baca, berita yang kita dengar, kejadian yang kita saksikan, orang-orang yang kita temui dan sebagainya, lewat dan sirna tanpa kita sempat menangkap inspirasi yang bertebaran di dalamnya.
Tangkaplah inspirasi itu. Lalu catat dalam sebaris atau dua baris kalimat agar jangan sampai hilang terlibas keseharian kita yang lain sebelum akhirnya kita menjadikannya sebagai nafas dari tulisan kita kemudian.

» Lanjut

Minggu, 19 Oktober 2008

Cara Wanita Timur Merawat Diri


MENGADOPSI cara wanita di negara Timur merawat dirinya, Shiseido menyajikan perawatan yang menggabungkan dua elemen dasar kehidupan Qi dan Xue. Negara-negara Timur, memiliki eksotikanya tersendiri. Salah satunya di dunia kecantikan. Cara wanita Timur merawat dirinya sering menjadi inspirasi yang tidak lekang dimakan waktu. Tsubo misalnya, suatu konsep perawatan dari Jepang yang unik digunakan oleh Shiseido.

Dalam perawatan tradisional Timur, Qi (baca: shi) adalah jiwa, sementara Xue (baca: shie) adalah darah, merupakan elemen dasar dalam konsep kehidupan dan patologi/ ilmu penyakit," ujar Sien Lie, Training Manager Shiseido Indonesia. Umumnya, metabolisme tiap orang memiliki aliran tersebut. Jika semua lancar, mereka dinyatakan sehat. Otomatis kecantikan luar makin terpancar. Sebaliknya jika ada gangguan, kesehatan kulit pun akan terganggu. "Shiseido merupakan sebuah perawatan kulit yang tidak hanya merawat dari luar, melainkan dari dalam. Salah satunya dengan tsubo, yang sendirinya bisa menstimulasi Qi dan Xue tadi sehingga aliran energi tadi menjadi lancar," tutur Sien Lie. Tsubo merupakan titik-titik efektif di mana tekanan seharusnya diberikan untuk menstimulasi dan menormalkan sirkulasi Qi-Xue. Biasanya titik tsubo ditemukan di seluruh tubuh, termasuk kepala, wajah, lengan, kaki, dan biasanya terletak di sepanjang garis bujur di mana Qi dan Xue mengalir. Pada prinsipnya, tsubo lebih simpel dari akupunktur. Selain itu, tsubo dilakukan dengan tangan, bukan dengan jarum seperti akupunktur.
Dalam setiap layanan professional facial yang diberikan oleh Shiseido, pasti dilakukan tsubo terhadap klien. Sebagai langkah awal, klien dapat berkonsultasi dengan aesthetician mengenai kondisi kulit dan jenis skin care yang tepat. Shesiedo sendiri memiliki berbagai varian perawatan kulit, mulai Shiseido The Skincare untuk kulit normal, normal kering, dan normal berminyak. "Aesthetician kami akan menganalisis kulit wajah agar bisa memberikan saran yang tepat sesuai dengan masalah kulit costumer. Untuk kategori produk sendiri dibedakan berdasarkan masalah kulit dan usia," kata wanita ramah ini.
Proses perawatan professional facial dimulai dengan proses cleansing. Dari sini tsubo sudah mulai dilakukan. Meski tidak begitu intens. Porsi terbesar untuk melakukan tsubo adalah saat pemijatan. Selama sekitar 30 menit, costumer dapat merasakan pijatan di sekujur wajah dan tubuh bagian atas, dada, dan punggung. Aroma skincare juga begitu lembut menyempurnakan proses relaksasi. "Memang costumer akan mendapatkan perawatan yang lebih intens untuk menormalkan kembali kondisi kulit yang bisa jadi stres karena pengaruh lingkungan dan pekerjaan, maupun pola hidup," kata Sien Lie.
Professional facial di Shiseido pun cenderung tidak sakit karena mereka menggunakan dua jenis vacuum berukuran sedang dan kecil. Aesthetician pun melakukannya perlahan, tapi hasilnya nyata. Kulit lebih bersih, komedo terangkat tanpa meninggalkan bekas merah. Satu sesi cleansing unik, yaitu menggunakan semacam sabun dan sikat elektrik. Baru setelah itu costumer akan diberikan masker wajah dengan sifat materi lebih padat, tapi tidak lengket dan berbau. Paduan dari teknik tsubo dan produk skincare Shiseido diyakini sangat berpengaruh dalam menjadikan kulit dan tubuh seseorang menjadi lebih cantik dan sehat. Professional facial dari Shiseido dapat dilakukan di seluruh gerai Shiseido.
(sindo//tty)

http://lifestyle.okezone.com

» Lanjut

Senin, 13 Oktober 2008

inspirasi toko Klontong


Kalau Anda masih kebingungan mencari usaha sampingan, coba deh buka toko kelontong. Ternyata usaha yang sering dipandang sebelah mata ini bisa menjadi alternatif sumber penghasilan bagi Anda sekeluarga. Apalagi untuk memulai usaha toko tidak membutuhkan modal besar dan keahlian khusus.

Tentunya Anda tidak asing lagi dengan toko kelontong. Toko yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari ini mudah ditemukan di sekitar Anda. Kalau Anda perhatikan sebenarnya usaha ini cukup menjanjikan. Terbukti banyak keluarga yang hidup berkecukupan berkat membuka toko.
Sebagaimana Bang Ojok, pemilik toko kelontong di Jatipulo, Jakarta Barat ini menggantungkan hidupnya hanya dari basil buka toko. “Alhamdulillah sekarang anak saya juga sudah ikut-ikutan buka toko meskipun masih kecil-kecilan,” katanya Toko biasanya merupakan usaha yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Anda bisa membagi tugas di antara mereka. Seperti toko Supriyanto, berhubung Supriyanto masih bekerja maka istrinya yang menunggu toko.
Ketika hendak berangkat ke kantor ia membawa catatan barang barang yang perlu dibeli. Nanti pulang kantor ia mampir ke toko grosir atau agen untuk kulakan. Kalau hari libur tiba gantian istrinya yang belanja. Kedua anaknya pun ikut ambil bagian menjaga toko sepulang dari sekolah.
Usaha yang fleksibel
Mengelola toko itu sebenarnya mudah. Karena usaha ini tidak membutuhkan keahlian khusus, misalnya harus menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu. Bahkan banyak pemilik toko sukses yang buta huruf. Usaha ini hanya membutuhkan kemampuan untuk menghafal harga dan mengenali jenis barang.
Selain itu, Managing Partner Sarosa Consulting Group, Pietra Sarosa, mengatakan pengusaha toko juga harus telaten dengan uang recehan. Dalam usaha ini margin keuntungan yang didapat kecil, kalau tidak telaten dengan uang kecil-kecil Anda sulit mendulang keuntungan.
“Kalau maunya sekali transaksi langsung untung gede sebaiknya jangan buka toko, sebab kalau tidak telaten keuntungannya nggak kelihatan,” cetusnya.
Usaha toko sangat fleksibel untuk dijalankan. Anda bisa memanfaatkan garasi rumah untuk jualan, sewa tempat yang dekat jalan raya, sewa lokasi pasar. Atau kalau modal benar-benar cekak Anda bisa buka toko rombong yang menempel di pinggir-pinggir jalan.
Toko rombong ini tidak memakan biaya sewa tempat, dan modal usahanya juga kecil. Justru toko rombong sering mendapat uang
promosi dari perusahaan rokok kalau rombongnya boleh dijadikan sarana promosi. Tapi Anda perlu hati-hati dengan aksi Trantib yang belakangan ini Bering menggusur pedagang kaki lima.
Mengakali cashflow
Persoalan yang disering dihadapi oleh pengusaha toko adalah masalah likuiditas. Acapkali pengusaha kehabisan uang tunai gara gara barang dagangannya banyak diutang pembeli. Atau kalau tidak, uang tunainya habis karena barang dagangannya belum laku dijual.
Untuk mengantisipasi masalah banyaknya barang yang diutang, Pietra menyarankan agar memberikan diferensiasi harga. Jadi orang yang beli dengan tunai mendapat harga lebih murah ketimbang orang yang beli dengan utang. “Cara seperti ini bisa mendorong pembeli untuk membayar tunai,” ujarnya.
Sedangkan masalah likuiditas yang disebabkan karena barang dagangan yang tidak laku, bisa diatasi dengan cara mengatur ccashflow. Lancar tidalaknya cashflow (aliran dana masuk dan dana keluar) ini berpengaruh terhadap keamanan likuiditas toko Anda. Kalau terlalu banyak barang yang tidak laku akan mengakibatkan kemacetan aliran dana.
Belajar dari pengalaman Bang Ojok, ia hanya belanja barang-barang yang laris dijual di tokonya. Karena laku tidaknya barang dagangan tergantung dari lokasi toko. Bisa jadi shampo A laris di daerah X, tapi tidak laku di daerah Y.
Untuk barang yang kurang laku juga disediakan tapi jumlah sedikit saja. Memang sebaiknya Anda mengenali barang mana ya laku dan barang mana yang tidak laku. Kemampuan ini bisa Anda dapat dari pengalaman.
Selain itu cashflow juga bisa diakali dengan memanfaatkan kredit yang diberikan oleh perusahaan pemasok barang. Perlu diketahui biasanya perusahaan menjual barangnya ke toko dengan sistim bayar tunai, bayar tangguh dan konsinyasi.
Sistim pembayaran ini dapat gunakan untuk mengamankan likuiditas dengan cara menggolongkan produk dagangan di toko Anda.
Pertama, produk yang laris manis dan tidak pernah meninggalkan sisa (fast moving product) bisa Anda beli secara tunai. Karena produk ini tidak mengancam likuiditas toko, toh juga akan segera laku.
Kedua, produk yang kurang laris dan membutuhkan waktu untuk terjual (slow moving product), baiknya dibeli dengan cara kredit. Mintalah tenggat waktu kepa perusahaan untuk membayar produk ini.
Ketiga, produk yang tidak laku atau jarang dicari pembeli, sebaiknya dengan sistim konsinyasi. Yaitu perusahaan menitipkan barangnya di toko Anda, kalau tidak laku boleh diambil lagi. Anda jangan mengeluarkan uang untuk bara semacam ini, karena risikonya beesar, Kecuali Anda memiliki cukup modal dan ingin berspekulasi dengan belanja barang ini. Sehingga meskipun barangnya tidak segera laku likuiditas Anda tetap aman.
Keuntungan buka usaha toko kelontong
Toko akan mendapat kredit atau penangguhan pembayaran dari perusahaan yang mengeluarkan produk, sehingga Anda bisa menghemat modal.
• Toko yang sudah terkenal dan memiliki kinerja baik akan didatangi salesman. Jadi Anda tidak perlu repot-repot sari barang belanjaan.
• Perusahaan sering memberikan imbalan uang kepada toko yang mau memajang promosi produknya.
• Toko yang menjalin hubungan dengan salesman akan mengetahui perkembangan produk terbaru. Sehingga toko tidak ketinggalan mengikuti tren pasar.
• Toko sering kebanjiran contoh produk (sample) ketika perusahaan meluncurkan produk barunya.
• Toko dapat mengembalikan barang rusak atau kadaluwarsa ke perusahaan, manakala menjalin hubungan baik dengan perusahaan melalui salesmannya. Sehingga dalam hal ini risiko toko semakin kecil.

» Lanjut

Bisnis Laundry Artis


Banyaknya para designer membuat pakaian dan bermacam jenis bahan dan agak mengesampingkan perawatannya, tampaknya ini menjadi peluang bisnis bagis Anya Dwinov. Presenter cantik ini membuka usaha jasa laundry bernama Essii Laundry di kawasan Cikajang, Kebayoran Baru, Jakarta selatan.

Berawal dari kebutuhannya terhadap jasa cuci mencuci serta menjadi salah satu klien perusahaaan laundry, pemilik nama lengkap Anya Dwi Novita Pahlawanti pun memutuskan terjun langsung merintis usaha tersebut.
“saat itu ada saham yang dijual oleh salah satu pemegangnya karena alasan pindah ke luar kota, maka tawaran itu diberikan kepada saya” cerita Anya membuka pembicaraan.
PT Essii International didirikan pada 24 Februari 2005 lalu, namun mulai beroperasi secara komersil sejak 5 September 2005. “Saya bergabung bulan April 2006. Jadi, laundry ini sudah lama berjalan. Sejak saat itu pula menjadi awal untuk merubah menjadi awal untuk merubah seluruh signboard dan neon box Essii laundry” jelas Anya bersemangat.
Sebagai perusahaan pendatang baru di bidang laundry and dry clean di Jakarta, Essii telah mempunyai jumlah pelanggan sebanyak 3.915 orang, terhitung Desember 2006. Apa rahasia dibalik kesuksesan usaha tersebut?. Salah satu yang diterapkan adalah menerima jenis-jenis pakaian yang dapat diproses antara lain stelan jas, celana, kemeja, mote atau payet, bahkan suede dan leather, wool, crayon, nylon, parasut.
Essii pun menerima tas branded internasional, sepatu kulit, household serta boneka. “Percayakan semua karena Essii can wash all kind of materials” kata Anya berpromosi.
Tak Hanya itu, Essii pun berani memberikan 100% guarantee bila ada terjadi kerusakan pada barang apabila ada kesalahan pada prises pencucian, bahkan tak tanggung tanggung, penggantian tersebut melebihi jasa laundry pada umumnya, yang hanya mampu mengganti 10 kali lipat dari ongkos jasanya.
“Essii berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada calon pelanggan dengan memprioritaskan keamanan dan kebersihan pakaian” kata perempuan kelahiran 10 November 1982 ini.
Lalu berapa investasi yang dikeluarkan ? “Wah itu rahasia perusahaan, tetapi dengan ketekunan saya dan tim sukses (karyawan) modal tersebut kembali dengan memuaskan” terang Anya.
Kini Essii mampu mempekerjakan 40 karyawan dari semua outlet yang tersebar. “ini merupakan keinginan saya untuk mempekerjakan orang lain sehingga mengurangi jumlah pengangguran dan membentuk lapangan pekerjaan baru” Hal tersebut diperluas lagi dengan membuat sistem franchise.

» Lanjut

Bisnis Pelatihan


Jasa pelatihan merupakan usaha memberi pelatihan kepada publik maupun perusahaan untuk memberi nilai terhadap sumber daya manusianya agar dapat berkompetisi dan mengerjakan pekerjaan dengan baik. Pengelolaan usaha ini, yaitu waktu pelatihan, pengajar yang andal, tempat dan materi pelatihan dalam bentuk modul pelatihan. Tema pelatihan yang sangat menarik merupakan produk yang sangat diandalkan dalam jasa pelatihan ini. Bila tema pelatihan tidak menarik dan bukan kebutuhan saat ini, maka kerugian yang diperoleh pengelola.

Pelatihan dapat dibuat berdasarkan kekhususan, misalnya pelatihan pemasaran, keuangan, sumber daya manusia (SDM), dan perbankan. Ada juga pengusaha yang menjalani usaha ini dengan membuat seluruh produk pelatihan. Menawarkan jasa pelatihan untuk bidang yang khusus membutuhkan sumber daya andal karena ujung tombak bisnis ini adalah SDM.
Untuk menjalani usaha ini, pengusaha paling tidak harus mempunyai tiga staf andal, yaitu staf pemasaran, staf perencana modul, dan staf riset yang membuat penelitian berdasarkan kebutuhan para pihak.
Staf yang andal untuk membuat tema pelatihan diperlukan yang sudah berpengalaman minimal empat tahun. Bila perlu staf tersebut berpendidikan pascasarjana. Sebaiknya buku modul produk berisi tema pelatihan dalam setahun harus dibuat. Modul tersebut sebaiknya dilakukan ada yang berulang dalam setahun agar peserta yang tidak dapat ikut pada suatu waktu dapat mengikuti modul yang sama pada waktu berikutnya.
Buku modul dicetak dalam bentuk flyer atau brosur dan dikirimkan kepada konsumen yang diharapkan menjadi peserta pelatihan. Biaya mencetak flyer ini minimum Rp 1 juta dan akan lebih murah bila dicetak lebih banyak. Staf pemasaran membawa brosur ini ke perusahaan sebagai bahan presentasi dan harus melakukan pendekatan kepada kepala divisi SDM atau staf yang menangani pelatihan, atau staf bidang yang menginginkan pelatihan tersebut.
Pengiriman melalui surat elektronik (surat-e) juga dapat dilakukan untuk memperkenalkan produk atau menawarkan produk. Menurut beberapa pihak yang telah menjalani usaha jasa pelatihan ini, pendekatan melalui surat-e sangat dibutuhkan karena hampir semua orang membuka surat-e-nya. Keingintahuan membuat surat tersebut dibaca.
Peralatan
Peralatan yang harus dimiliki, yaitu LCD atau infocus dan laptop yang berisi program lengkap dan jangan bajakan. Pengusaha sebaiknya memulai dengan produk yang benar. Untuk LCD atau infocus dibutuhkan biaya minimum Rp 7 juta dan laptop senilai Rp 7 juta. Bisa juga usaha dimulai dengan membeli peralatan bekas pakai yang harganya lebih murah, tetapi harus siap dan tahu memperbaikinya bila ada kerusakan.
Ruang kantor untuk tempat kerja dan alamat tujuan para klien dengan luas minimum 50 meter persegi harus dimiliki. Biaya untuk kantor sangat bervariasi, mulai dari Rp 10 juta sampai Rp 100 juta per tahun, tergantung lokasi. Untuk menghemat biaya, kantor dapat diadakan di pinggiran kota, tetapi umumnya direncanakan di tengah kota supaya kelihatan bonafiditas usaha.
Peralatan lain yang harus dibeli yaitu komputer minimum 2 unit dan 1 mesin printer yang biayanya Rp 6 juta-Rp 12 juta. Pelayanan internet harus tersedia dengan biaya berlangganan Rp 500.000-Rp 1 juta per bulan.
Peralatan meja dan kursi empat buah, biayanya sekitar Rp 4 juta. Biaya pembelian mesin faksimile dan telepon Rp 1 juta-Rp 2 juta.
Staf
Usaha ini butuh staf untuk mengurusi kantor, termasuk mengantar surat. Gaji mereka dibayar sesuai UMR atau yang sesuai dengan posisi tersebut. Untuk staf, pengusaha harus menyediakan motor dengan biaya sekitar Rp 7 juta untuk motor bekas dan motor baru sekitar Rp 12 juta.
Biaya gaji untuk staf pendukung dengan pengalaman dapat dilakukan dengan sistem proyek. Mereka digaji tetap sesuai pasar dan kemudian diberi insentif sesuai dengan proyek yang dikerjakan, yaitu selesainya satu pelatihan. Insentif diberikan bila proyek memberi keuntungan pada perusahaan.
Untuk pelatihan dua hari, pengusaha akan memperoleh keuntungan bila jumlah peserta 10 peserta. Untuk sebuah pelatihan dibutuhkan biaya iklan yang besarnya Rp 2 juta- Rp 15 juta sekali terbit. Tetapi, pengusaha dapat menggunakan iklan tetap yang biayanya lebih murah dan melakukan negosiasi dengan penerbit koran melalui agen iklan. Biaya makan serta rehat kopi dan teh untuk peserta pelatihan besarnya Rp 225.000 per orang per hari. Biaya penggandaan materi pelatihan Rp 50.000-Rp 100.000 per peserta.
Selanjutnya, biaya pengajar pelatihan merupakan biaya yang cukup besar dan nilainya tergantung pada pengalaman dan reputasi pengajar. Ada pengusaha yang menetapkan biaya ini berdasarkan sesi yang diajarkan selama sehari, biasanya minimum berdurasi 1,5 jam dengan biaya sekitar Rp 1 juta-Rp 7,5 juta.
Risiko paling besar yang dihadapi pengusaha dalam menjalani bisnis ini yaitu tidak adanya peserta yang mendaftar. Risiko ini dipecahkan dengan aktif melakukan pemasaran, baik melalui iklan, pertemuan langsung, maupun surat elektronik kepada teman-teman di kantor tersebut.
Risiko lain tidak adanya pengajar pada waktu yang dibutuhkan atau tiba-tiba pengajar mengalami persoalan pribadi dan kantor sehingga tidak bisa memenuhi janji mengajar.
Walau demikian, usaha ini dapat ditekuni dan akan memberi hasil cukup lumayan bila usaha telah dikenal. Tahun pertama dan kedua masih memperkenalkan usaha kepada pihak lain. Selamat berusaha dan berinvestasi.
Dikutip dari: www.kompas.com / Oleh: Adler Haymans Manurung - Praktisi Keuangan

» Lanjut

Kertas Daur Ulang (Bisnis)


Harso Susanto: Tak akan kekurangan bahan baku, memanfaatkan kertas daur ulang menjadi aneka barang kerajinan seperti kartu ucapan, bingkai foto, tempat kotak pencil, hiasan dinding, dan barang-barang kecil lainnya sudah agak jamak dikerjakan. Namun masih langka orang yang bisa membuat aneka keranjang, kotak-kotak besar, bahkan meja dan kursi dari bahan dasar kertas bekas. Adalah Harso Susanto, pengelola CV Semesta Recycled Paper, yang rela mengorbankan waktu dan biaya bereksperimen dengan sampah-sampah kertas.

Tidak sia-sia, kini produk-produk yang dihasilkannya telah mampu dijual di pasaran lokal maupun ekspor. Usaha ini dimulai perajin asal Jogyakarta itu pada Agustus 2006 lalu. Tetapi seperti diceritakan, sebelumnya ia pernah menjalankan usaha seperti ini tahun 1997 namun sempat terhenti. Pada waktu itu ia membuat lembaran kertas daur ulang yang kemudian langsung diproses menjadi kartu, photo frame, boxes, dan banyak lagi. “Tetapi setelah saya lihat di pasar, barang seperti itu sudah banyak ada di tokotoko. Makanya saya berpikir untuk
membuat barang lain dari bahan yang sama,” tuturnya.
Diimbuhkan, ketertarikan terhadap kerajinan yang menggunakan bahan kertas bekas itu selain bahan baku mudah didapat, ia juga berharap bahan itu bisa menjadi substitusi bahan kerajinan yang sebagian besar diambil dari alam. Pria yang pernah bekeija di perusahaan ekspor handicraft dari bahan dasar bambu, kayu, pandan, serta rotan itu melihat bahan baku, terutama kayu, menjadi semakin mahal dan sulit diperoleh karena beberapa daerah yang dulunya pemasok besar kini mulai menipis.
Harso biasa memperoleh bahan baku dari lapak-lapak yang jumlahnya melimpah. Bisa juga dari pemulung langsung. Per minggu ia memerlukan bahan baku 2-4 kwintal atau tergantung kebutuhan.
Kertas yang ada disortir dulu dan hanya dipilih kertas koran bekas saja dan itu pun bukan kertas tabloid, karena menurutnya hasilnya akan mudah patah. Kemudian kertas-kertas itu mulai dibasahi dengan tern kemudian dipilin dan ditempelkan pada mat yang sudah dibuat. Setelah dijemur kering, proses selanjutnya yaitu finishing serta pengecatan. Untuk keamanan maka Harso menjam in cat yang dipakai adalah cat dengan bahan pengencer air agar ramah lingkungan, anti racun, sehingga aman untuk anak-anak sekalipun. “Semua bahan tambahan seperti lem dan cat yang kami gunakan adalah waterbased, dan antitoxic,” tegasnya.
Untuk memulai usahanya Harso telah menanamkan modal tidak kurang Rp 30 juta. Namun sebagian besar dipakai untuk eksperimen bahan dasar maupun pembuatan hampir selama 4 bulan. Percobaan itu meliputi cara membuat pilinan yang cepat, kertas yang sesuai, bahan-bahan yang aman, kualitas,. cara pengeringan, dan sebagainya. Karena terbuat dari kertas bekas, bahan perlu juga dilakukan uji coba kekuatan produk. Produk berukuran besar yang sudah dites bisa mengangkat beban hingga 5 kg. Kualitas itu, menurutnya masih diperbaiki terus-menerus.
Semua proses produksi dikerjakan secara manual sehingga bentuk usaha kerajinan ini sekaligus menyerap banyak tenaga kerja. Menariknya Harso justru mempekerjakan para pengamen dengan alasan bagi mereka bekerja rumahan lebih aman daripada di jalanan. Sementara hasilnya baru dipasarkan pertama kali pada bulan Desember 2006 dengan sasaran pasar dalam negeri terutama untuk kalangan menengah ke atas, serta pasar ekspor.
Belum genap setengah tahun, rata-rata omset penjualan kurang lebih adalah Rp 12 juta per bulan. Penjualan di pasar lokal dilakukan melalui kerja sama dengan outlet-outlet, gateri dan toko kerajinan. Selanjutnya setain ikut di berbagai pameran barang kerajinan, pria yang mengaku tidak selesai kuliah itu juga berhubungan langsung dengan para eksportir dengan cara mengirimkan beberapa contoh produk. “Ternyata responnya bagus karena menurut saya belum ada yang lain. Kekurangan kami tinggal pada masalah desain,” akunya.
Agar pasaran luar negeri dapat meningkat pria berusia 36 tahun dengan dua putra itu mengaku terus membuat inovasi desain dengan tanya sana-sini juga sambil melihat trend lewat internet. Karena masing-masing item mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda-beda, kapasitas produk per bulan tergantung pada jenis produk itu sendiri. Untuk model yang paling stint seperti box set 3 ia hanya bisa memproduksi 100 set per bulan, tetapi yang paling mudah bisa lebih dari 2000 buah per bulan. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp 10.000,00 sampai Rp 150.000,00. “Kami juga menerima pernbuatan produk sesuai dengan desain pembeli, sedangkan desain itu tidak akan kami jual ke pihak lain,” jelasnya.
Harso mengatakan tidak mengalami kendala berarti dalam menjalankan usaha kerajinan kertas daur ulang tersebut. Kesulitan seputar pemasaran untuk pasar lokal adalah jumlah yang masih terbatas. Peluang besar adalah pasar ekspor meskipun butuh dana lebih besar serta jalur yang agak berbelit.
“Beberapa perusahaan sudah kontak lewat email. Mereka telah melihat gambar lewat situs kami, tetapi mereka masih belum yakin bahwa produk itu dari kertas dan kebanyakan mereka mengira bahan bakunya adalah rotan. Biasanya setelah melihat langsung baru percaya,” tuturnya.
Soal bahan baku Harso jelas tidak menjumpai masalah. Kertas bekas dengan mudah bisa diambil di lapak-lapak atau bahkan dari pemulung langsung seperti yang ia lakukan selama ini. Nah, daripada kertas-kertas koran yang menumpuk di tempat Anda bingung hendak diapakan, lebih baik sekarang dipakai belajar membuat kerajinan perkakas.
Analisa Bisnis Kerajinan Perkakas Dari Kertas
(Daur Ulang):
Modal awal Rp 30.000.000,00
Omset penjualan per bulan Rp 12.000.000,00
Keuntungan per bulan dengan margin 40% adalah Rp 4.800.000,00.
Jadi kesimpulannya: BEP sudah akan tercapai pada tiga bulan pertama

» Lanjut

Inspirasi Rumah dan Kos2an (Bisnis)


Saat ini kebutuhan akan rumah petak untuk disewakan pada kalangan berpenghasilan menengah kebawah rasanya bisa jadi salah satu alternatif pemasukan bagi kita yang kebetulan mempunyai modal berupa (atau untuk membeli) sebidang tanah dan penambahan biaya bahan bangunan sederhana.

Apa saja yang kira-kira dibutuhkan dan perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan bisnis sewa-menyewakan rumah petak ini? Simak beberapa masukan berikut dari anggota milis Dunia Wirasausaha.
Hal pertama untuk menentukan bagus tidaknya prospek bisnis rumah petak dimasa yang akan datang adalah lokasi. Anda bisa membeli atau membangun rumah petak di daerah dekat pabrik misalnya, tentunya dengan harapan agak kelak para buruh pabrik akan memerlukan rumah petak anda untuk disewa. Biasanya harga sewanya adalah antara Rp 200,000 sampai Rp 250,000.
Contohnya daerah Cibinong. Sebuah harian yang terkenal dengan iklan barisnya baru-baru ini menawarkan iklan sebagai berikut: dijual rumah berlantai 250m2 yang terdiri dari empat buah rumah petak dimana listrik dibagi untuk empat rumah tersebut, tandon air satu buah seharga 180 juta dengan perkiraan sewa antara Rp 250,000 – Rp 300,000 per rumah.
Nampaknya, koran pun bisa menjadi masukan kita untuk mencari dan menentukan lokasi penyewaan rumah petak sekaligus membandingkan harga-harga.
Lokasi strategis lainnya adalah yang berada di wilayah perkantoran atau kampus. Tentunya rumah petak disewakan sebagai kos-kosan dengan fasilitas yang lebih lengkap sehingga bisa disewakan dengan tarif Rp 300,000 – Rp 400,000 per kamar per bulan. Tarif ini disesuaikan lagi dengan utilitas yang disediakan atau ditanggung oleh pemilik seperti listrik dan air dan fasilitas lain seperti TV, AC dan komputer.
Suasana juga akan ikut menentukan tarif sewa. Kebanyakan mahasiswa yang jauh dari orang tua (walau satu kota sekalipun) cenderung memilih rumah kos yang terasa homy. Misalnya dengan pengadaan lahan hijau (taman belakang) rumah.
Pembayaran Sewa
Perbedaan dalam hal pembayaran untuk rumah petak biasa dan kos-kosan biasanya tidak menggunakan kontrak sewa (kebanyakan). Para mahasiswa membayar lebih dulu dimuka untuk tiga bulan pertama, selanjutnya pembayaran perbulan seperti biasa.
Masalah yang mungkin timbul dalam hal pembayaran adalah penagihan uang sewa. Hal ini menjadi penting karena selalu saja ada kemungkinan penghuni yang ‘bandel’ dan mangkir dalam hal pembayaran.
Karena itu, sangat disarankan untuk:
• Mempunyai data yang lengkap tentang calon penyewa dan memastikan bahwa data-data tersebut benar adanya.
• Mempunyai referensi yang jelas tentang darimana calon penyewa mengenal kita.
• Untuk kos-kosan sangatlah penting mempunyai Ibu atau Bapak Kos untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung sehari-hari (faktor kedekatan dan kenyamanan hubungan antara penyewa dan yang menyewakan bisa jadi faktor penting dalam hal kelancaran usaha) atau paling tidak, ada satu orang pengawas harian.
• Yang lain adalah meminta bantuan tetangga mengecek kos-kosan secara berkala walaupun hal ini menjadi alternatif paling terakhir.
Dua contoh pembayaran tiga bulan didepan:
Pertama
• bulan 1: bayar 3 bulan
• bulan 2: bayar 1 bulan
• bulan 3: bayar 1 bulan, dst.
• bulan N-2: tidak membayar
• bulan N-1: tidak membayar
• dimana N adalah bulan penyewa keluar dari kos
Kedua (biasanya lebih mudah diterapkan)
X menyewa mulai Januari 2004. Pada saat masuk, X membayar untuk bulan Januari, Februari dan Maret. Mulai bulan April X membayar bulanan seperti biasa.
Penyewa Laki-laki atau Perempuan
Ada yang berpendapat bahwa rumah petak atau kos-kosan yang disewa penyewa lelaki lebih gampang untuk dirawat secara kebersihan. Namun rasanya sih ini hal yang sangat relatif, tergantung pada individunya. Yang perlu ditekankan untuk para penyewa kos misalnya masalah kamar mandi dan toilet. Adanya larangan utnuk membuang bekas tissue atau pembalut wanita kedalam wc adalah hal yang penting untuk menghindari terjadinya bongkar pasang WC karena penyumbatan. Masalah lain seperti rokok yang dapat merusak karpet atau furniture (bila ada) juga penting untuk dikemukakan sejak awal masa sewa.
Beberapa pengalaman menyebutkan bahwa bisnis penyewaan dan atau kos-kosan biasanya sudah bisa BEP ditahun ke-3. (Sumber: www.bundabiz.com)

» Lanjut

Kamis, 07 Agustus 2008

Tentang Nama


Raja Ptolemeus II yang memerintah Mesir dari masa 285 sampai 246 sebelum Masehi (SM) memiliki nama asli “Philadephus”, yang berarti “penyayang saudara”. Namun semasa hidupnya ia telah membunuh dua saudara laki-lakinya

Penerusnya, ternyata tidak lebih baik.
Raja Ptolemeus IV, yang memerintah Mesir dari masa 221 hingga 203 MM, memiliki nama asli “Philopator”, yang mempunyai arti “penyayang ayah”. Namun dalam masa hidupnya, Raja Ptolemeus IV tersebut telah membunuh ayahnya. Mungkin benar juga kata pepatah, apalah arti sebuah nama.
Bagaimana dengan anda? Sudah sesuaikah nama anda dengan tingkah laku anda?

» Lanjut

Inspirasi Orang Cacat


Beberapa tahun yang lalu, diadakan sebuah olimpiade khusus untuk orang-orang cacat di Seattle, Amerika Serikat. Saat itu diadakan pertandingan lari jarak pendek 100 meter. Sembilan pelari telah bersiap-siap ditempat start masing-masing.

Ketika pistol tanda pertandingan dinyalakan, mereka semua berlari sekuat tenaga meski tidak tepat berada di garis lintasannya masing-masing, namun semua berlari dengan wajah gembira menuju garis finish dan berusaha untuk memenangkan pertandingan. Kecuali seorang pelari. Seorang anak laki-laki yang tersandung dan jatuh berguling beberapa kali. Dan ia lalu menangis.
Delapan orang pelari yang lain mendengar tangisan anak itu, lalu mereka memperlambat lari merka dan menoleh kebelakang. Mereka semua berbalik dan malah berlarian menuju anak lelaki yang terjatuh ditanah itu. Semuanya, tanpa terkecuali.
Seorang gadis yang menyandang cacat keterbelakangan mental menunduk, memberikan sebuah ciuman kepadanya dan berkata, “Semoga ini membuatmu merasa lebih baik.” Kemudian kesembilan pelari itu bergandenga tangan, berjalan bersama menyelesaikan pertandingan menuju garis finish.
Seluruh penonton yang ada di stadion berdiri, memberikan salut selama beberapa lama. Mereka yang berada disana saat itu masih saja tak bosan-bosannya memberikan salut tepuk tangan atas kejadian itu.
Tahukah anda mengapa? Karena didalam diri kita masing-masing tahu, bahwa didalam hidup ini tak ada yang lebih berharga daripada kemenangan bagi kita semua, untuk kita bersama. Terkadang kita mesti mengalah untuk kepentingan yang lebih besar, demi kita semua.


» Lanjut

Inspirasi Tentang Menara Pisa


Menara Pisa, salah satu obyek wisata paling terkenal di Italia, bahkan didunia, ternyata menjadi miring karena salah bikin. Dan lebih dari itu, ternyata menara ini di bikin dalam waktu lebih dari seabad.

Manar itu dibangun lebih dari tiga tahap. Tahap pertama dimulai dari tahun 1178, yang berlangsung hingga tingkat tiga. Pekerjaan dihentikan karena pada tahun kelima, menara sudah mulai miring keselatan. Pekerjaan pembangunan dihentikan hingga kira-kira 100 tahun, sebelum pada tahun 1272, tinggi menara ditambah 4 tingkat kearah berlawanan, agar menara dapat berdiri tegak.
Karena tanah disekitar menara tidak stabil, maka pembangunan dihentikan, hingga ahirnya dilanjutkan kembali pada tahun 1360, atau 80 tahun kemudian. Pada pembangunan terakhir ini pula ditempatkan ruang lonceng pada puncak menara, dan menara Pisa mendapatkan bentuknya seperti sekarang ini yang kita kenal.
Mungkinkah Menara Pisa ditegakkan? Mungkin saja. Namun berdasarkan pengamatan para ilmuwan, sekalipun Menara Pisa ditegakkan, bagian-bagian dalam Menara akan tetap melengkung akibat dari terlalu banyak koreksi yang dilakukan sejak pembangunannya 800 tahun lebih yang lampau.

» Lanjut

Manusia Mulai Mengeja


Pada tahun 1697, seorang Perancis bernama Charles Perrault menyalin kisah Cinderella kedalam bahasanya sendiri, Perancis. Dalam kisah Cenderella sebelumnya, sepatu Cinderella terbuat dari bulu tupai berwarna putih dan abu-abu. Bahasa Perancis untuk kata bulu adalah “Vair”. Ternyata Charles salah menyalin, bahwa sepatu Cinderella terbuat dari “Verre”, yang bunyinya sama dengan “Vair”, namun berbeda artinya, yaitu kaca.

Sejak itulah anak-anak sedunia membayangkan ada sebuah sepatu kaca yang berkilauan yang tertinggal diatas tangga istana, dan mereka terheran-heran mengapa mereka tidak pernah melihat sepatu seperti itu didalam kenyataannya.
Bila anda mengira bahwa mengeja suatu kata dengan benar adalah sesuatu yang tidak penting, maka anda perlu merenungkan kisah Cinderella ini. Oleh karena kesalahan kecil seorang pengeja, Cinderella akhirnya memakai sepatu yang salah untuk selamanya.


» Lanjut

Harapan


Dahulu kala, ada seorang pengusaha yang sangat terkenal di kota ini. Ketika sang suami jatuh sakit, satu-persatu pabrik mereka dijual. Harta mereka terkuras untuk berbagai biaya pengobatan. Hingga mereka harus berpindah ke pinggiran kota dan membuka rumah makan sederhana.

Sang suamipun telah tiada. Beberapa tahun kemudian, rumah makan itupun harus berganti rupa menjadi sebuah warung makan kecil disebelah pasar. Setelah lama tak terdengar kabarnya, kini setiap malam tampak sang istri dibantu oleh anak dan menantunya menggelar tikar berjualan lesehan di alun-alun kota. Cucunya sudah beberapa. Orang-orang pun masih mengenal masa lalunya yang berkelimpahan. Namun ia tak kehilangan senyumnya yang tegar saat melayani para pembeli.
Wahai ibu, bagaimana engkau sedemikian kuat? “Harapan, nak. Jangan pernah kehilangan harapan. Bukankah seorang guru dunia pernah berujar, karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya. Karena harapanlah kita menanam pohon meski kita tahu tak akan sempat memetiknya buahnya yang ranum setelah bertahun-tahun kemudian.”
“Nak, sekali engkau kehilangan harapan, kau akan kehilangan seluruh kekuatanmu menghadapi dunia.”

» Lanjut

Selasa, 05 Agustus 2008

Inspirasi indonesia tentang Pendidikan


Memetakan wajah dunia pendidikan Indonesia adalah seperti memandang karut-marut negeri ini. Lebih mudah mengidentifikasi borok-borok pendidikan dibandingkan melihat inspirasi yang ada di dunia pendidikan, yang memberikan optimisme untuk kehidupan masa depan anak-anak Indonesia.
Sebut saja, dunia akademik sekolah-sekolah kita jauh dari prestasi para siswanya. Walaupun ada prestasi siswa Indonesia yang menjadi juara dalam Olimpiade ilmu pengetahuan dunia, prestasi tersebut bukan produk dari pendidikan di sekolah.


Dalam hal prestasi, sebagian besar siswa sekolah justru sibuk dijejali dengan solusi-solusi instan bimbingan belajar atau perpanjangan jam belajar sejak pagi hingga sore hari karena pendidikan yang normal dianggap tak memadai.
Dalam dunia pendidikan kita, sudah jamak kita temui lulusan SMA yang tidak memiliki kompetensi dan ketrampilan vokasional untuk hidup. Sebab, sistem pendidikan memang disiapkan hanya sebagai jenjang untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Tak sanggup kuliah, tak mampu berkarya, anak-anak lulusan SMP dan SMA kemudian melakukan migrasi ke kota untuk menjadi buruh-buruh pabrik yang rentan terhadap eksploitasi karena rendahnya daya tawar ketrampilan yang dimilikinya.

Belum lagi isu akhlak, moralitas, dan karakter yang menyertai proses dan hasil pendidikan. Kecurangan ujian, tradisi mencontek, pornografi remaja, narkoba, hingga tawuran terus menjadi masalah-masalah siswa di sekolah. Bahkan, tawuran tak lagi menjadi monopoli anak SMP-SMA. Mahasiswa yang dianggap sebagai kelompok elit masyarakat berbasis intelektual pun sibuk melakukan tawuran dan anarkisme di mana-mana.

Secara struktural, kebijakan pendidikan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang menggembirakan. Orientasi pendidikan yang tak jelas, birokrasi pendidikan yang sibuk dengan politik-organisasi, komitmen dan pengelolaan dana yang kacau. Yang terakhir, perlakuan pendidikan sebagai institusi bisnis yang membuat dunia pendidikan semakin jauh dari harapan masyarakat umum. Pendidikan yang baik semakin mahal dan tak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat.

Ujung-ujungnya, semua kesemrawutan dalam pendidikan itu ditanggung oleh masyarakat.

Lalu, apa harapan kita sebagai anggota masyarakat? Akankah kita menjadi katak yang direbus pelan-pelan hingga kemudian ketika air mendidih menjadi tak sanggup melompat lagi dan mati?

Berkeluh-kesah boleh-boleh saja. Tapi berkeluh-kesah tak banyak berguna kecuali membuang sampah emosi kita ke alam semesta. Sambil mendorong terus perubahan dan pembaruan pendidikan, kita memerlukan inisiatif dan tindakan-tindakan yang dapat menjadi inspirasi dan alternatif buat masyarakat.


Membangun Model Alternatif

Artikel ini membahas mengenai homeschooling sebagai salah satu inisiatif dan model pendidikan alternatif bagi masyarakat. Sebagai sebuah gerakan, homeschooling menemukan signifikansinya dalam konteks inisiatif kultural yang dilakukan masyarakat sebagai respon terhadap model pendidikan yang tak memenuhi harapan.

Dalam konteks gerakan masyarakat sipil (civil society), homeschooling merupakan wujud keterlibatan/inisiatif masyarakat untuk mempengaruhi keadaan sosio politik dan mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Proposal utama dari homeschooling adalah memberikan alternatif bagi masyarakat sehingga masyarakat memiliki berbagai alternatif yang dapat dipilihnya.

Dalam ekspresi yang lebih positif, homeschooling dapat menggerakkan keluarga untuk terlibat aktif dalam pendidikan, menggantikan kepasrahan pada sistem sekolah. Partisipasi keluarga dengan seluruh kecintaan dan kepentingan masa depan anak-anak dapat menjadi sumber yang kuat untuk menjadi penggerak perubahan wajah dunia pendidikan di Indonesia.


Model Pendidikan Berbasis Keluarga

Homeschooling bukanlah sekedar mengungkung anak di rumah, mengundang guru privat yang mahal, dan model belajar artis yang malas pergi ke sekolah. Sebagai sebuah gagasan dan praktek, homeschooling jauh lebih substantif dibandingkan persepsi yang berkembang di masyarakat itu.

Homeschooling adalah gerakan “back to basic”, memasuki kembali esensi-esensi pembelajaran yang tak dipasung oleh tempat belajar, jam belajar, keharusan-keharusan administratif dan ritual-ritual (baju seragam, uang gedung, buku baru, ijazah, wisuda, dll) yang semakin menggantikan esensi proses belajar. Dengan motto “belajar di mana saja, kapan saja, bersama siapa saja”, homeschooling memberikan kesempatan proses belajar yang kontekstual dan penggunaan kehidupan keseharian sebagai sumber belajar.

Sementara model sekolah bersifat massal dan mengejar standar-standar eksternal seperti pabrik, homeschooling memberikan peluang untuk melakukan kustomisasi pendidikan; mulai aspek penentuan tujuan, pemilihan materi ajar, dan metode-metode yang digunakan dalam proses belajar. Homeschooling memberikan kesempatan kepada orangtua untuk menghargai keragaman jenis kecerdasan anak (multiple intelligences) yang tak mungkin dikembangkan dalam sistem pendidikan massal.

Homeschooling bukanlah mengubah orangtua menjadi guru untuk proses belajar anak-anak karena kemampuan orangtua pasti terbatas. Peran utama orangtua dalam homeschooling adalah menjadi mentor dan fasilitator. Proses utama dalam pembelajaran homeschooling adalah menumbuhkan dan menggerakkan spirit belajar anak-anak sehingga anak-anak dapat menjadi pembelajar mandiri. Berbeda dengan model sekolah, homeschooling justru semakin mudah dilaksanakan pada saat anak semakin besar karena semakin anak menjadi besar, anak semakin mandiri.

Karena homeschooling dibangun dengan keluarga sebagai entitas penggerak kegiatan belajar, homeschooling meniscayakan keragaman dan sistem terdistribusi. Tak ada pusat dan model standar homeschooling karena setiap keluarga bebas merancang model pendidikan sesuai tujuan-tujuan pendidikan keluarga yang khas. Yang ada adalah entitas-entitas otonom, yang saling berinteraksi dalam proses penyelenggaraan pendidikan.


Gerakan Homeschooling di Dunia

Homeschooling bukanlah sebuah ide asing di Indonesia dan dunia. Homeschooling adalah model awal pendidikan, sebelum pendidikan distrukturkan dan dilembagakan dalam institusi-institusi sekolah sebagaimana yang berkembang dalam beberapa abad terakhir ini.

Dalam khazanah Indonesia, ide-ide homeschooling dapat kita lihat akarnya dari proses belajar otodidak, magang bisnis di kalangan pengusaha China, belajar dari orangtua dan kolega di kalangan pesantren. Tokoh-tokoh semisal KH Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka adalah contoh diantara anggota masyarakat yang pernah menjalani pendidikan dengan model otodidak atau homeschooling.

Saat ini, di Indonesia ada sekitar 1400 orang yang melakukan homeschooling. Walaupun jumlah siswa homeschooling masih relatif kecil dibandingkan total seluruh siswa sekolah, siswa homeschooling terus bertambah dan tumbuh. Di Amerika Serikat saja, saat ini ada sekitar 3 juta siswa homeschooling dengan laju pertumbuhan 15% per tahun. Di Kanada, pada periode 2000-2001 ada sekitar 95.000 siswa homeschooling, di New Zealand sekitar 7000 (1996), Australia 55.000, dan masih banyak lagi kegiatan homeschooling yang tak terdata secara resmi di berbagai belahan dunia.

Di Amerika Serikat, walaupun homeschooling banyak diawali oleh kalangan agama yang merasa terancam nilai-nilai tradisionalnya (1970-an), praktisi homeschooling semakin beragam. Pertumbuhan homeschooling yang didasarkan pada alasan akademis semakin meningkat karena, berdasarkan riset, anak-anak homeschooling tidak kalah berprestasi dibandingkan anak-anak sekolah. Kekhawatiran mengenai isu sosialisasi dan eksklusivitas pun semakin tereduksi oleh fakta bahwa anak-anak homeschooling dapat berintegrasi secara sosial di masyarakat.

It works! Homeschooling dapat dipraktekkan, itulah kunci perkembangan homeschooling yang terus tumbuh di masyarakat. Homeschooling dapat diselenggarakan oleh keluarga dengan latar belakang rata-rata; baik dari segi ekonomi maupun latar belakang pendidikan. Yang dibutuhkan adalah komitmen keluarga (orangtua dan anak) serta kesediaan orangtua untuk terus belajar dan bekerja keras mengembangkan kreativitas untuk meningkatkan proses pembelajaran anak-anaknya.


Peluang & Tantangan Bersama

Sebagai sebuah model pendidikan alternatif di masyarakat, homeschooling memberikan peluang untuk berkontribusi pada perbaikan wajah pendidikan di Indonesia. Tentu saja harapan itu membutuhkan kerja keras agar gagasan-gagasan di homeschooling dapat dicerna masyarakat dengan baik.

Dengan gagasan menjadikan keluarga sebagai sentral perubahan pendidikan, gagasan homeschooling layak untuk didorong karena memberikan kesempatan pada setiap keluarga untuk menentukan apa yang terbaik buat dirinya. Homeschooling merupakan salah satu wujud demokratisasi pendidikan. Spirit otonom ini dapat menjadi energi yang kuat untuk memelihara kelangsungan gerakan ini.

Untuk dapat berkembang baik, homeschooling perlu menghadapi tantangan-tantangan yang ada di hadapannya, antara lain:


a. Dukungan legalitas

Secara prinsip, eksistensi homeschooling dijamin melalui UU Sisdiknas no 20/2003 pasal 27 yang mengatur pengakuan pendidikan jalur informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan. Negara juga menjamin praktisi pendidikan informal untuk mengikuti Pendidikan Kesetaraan jika praktisi homeschooling menginginkan kesetaraan dengan pendidikan formal (sekolah).

Tantangan legalitas homeschooling adalah mengembangkan aturan-aturan teknis yang lebih pasti dan tetap sederhana. Kesederhanaan menjadi kata kunci penyusunan aturan teknis yang mencerminkan keberpihakan negara untuk memfasilitasi inisiatif yang tumbuh di masyarakat.


b. Pembangunan infrastruktur kelembagaan

Untuk mendukung perkembangan homeschooling, diperlukan inisiatif-inisiatif untuk merekatkan kegiatan-kegiatan pembelajaran di setiap keluarga. Pembentukan komunitas belajar, interaksi antar-keluarga dan antar-komunitas diperlukan untuk menciptakan proses sinergi sekaligus pencarian model-model “best practises” yang beragam dalam penyelenggaraan homeschooling. Jaringan pembelajar (learners network) menjadi salah satu pelumas dan penggerak proses belajar dalam homeschooling.

Di masa depan, sarana fisik yang dibutuhkan dalam pengembangan homeschooling adalah pembentukan pusat belajar (learning center), perpustakaan, laboratorium, dan bengkel belajar. Lembaga-lembaga ini tidak menempel di sekolah, tetapi menjadi institusi mandiri yang dapat dimanfaatkan oleh siswa homeschooling atau siapapun yang membutuhkannya.


c. Kerangka kultural

Karena kekuatan dari homeschooling terletak pada keluarga, kunci keberhasilan homeschooling terletak pada penumbuhan kultur keluarga yang sehat. Kesehatan kultur keluarga bukan hanya terletak pada komitmennya untuk mendukung anak secara akademis-intelektual, tetapi juga komitmen untuk mengembangkan nilai-nilai moral tertinggi dan penghargaan terhadap keragaman (pendidikan multikultural) agar anak-anak dapat menjadi bagian integral yang dapat menyatu sekaligus menjadi agen perubahan untuk perbaikan masyarakat.


d. Pengembangan komunitas

Untuk mengembangkan aspek sosial dari proses pembelajaran, tantangan homeschooling adalah mengembangkan model belajar komunitas yang memungkinkan pengembangan aspek-aspek sosial dari anak homeschooling. Berbeda dengan model sekolah yang bersifat rigid dan terstruktur ketat, komunitas bersifat longgar dan cair yang berfungsi untuk mengintegrasikan proses-proses belajar individual yang diselenggarakan di rumah menjadi sebuah kerangka pandang holistik pada anak.

Demikian paparan sekilas mengenai homeschooling sebagai salah satu model alternative pendidikan. Mudah-mudahan bermanfaat dan dapat menjadi pengantar diskusi/sharing kita mengenai pendidikan di Indonesia.


» Lanjut

Inspirasi indonesia tentang Pendidikan

Memetakan wajah dunia pendidikan Indonesia adalah seperti memandang karut-marut negeri ini. Lebih mudah mengidentifikasi borok-borok pendidikan dibandingkan melihat inspirasi yang ada di dunia pendidikan, yang memberikan optimisme untuk kehidupan masa depan anak-anak Indonesia.
Sebut saja, dunia akademik sekolah-sekolah kita jauh dari prestasi para siswanya. Walaupun ada prestasi siswa Indonesia yang menjadi juara dalam Olimpiade ilmu pengetahuan dunia, prestasi tersebut bukan produk dari pendidikan di sekolah.


Dalam hal prestasi, sebagian besar siswa sekolah justru sibuk dijejali dengan solusi-solusi instan bimbingan belajar atau perpanjangan jam belajar sejak pagi hingga sore hari karena pendidikan yang normal dianggap tak memadai.
Dalam dunia pendidikan kita, sudah jamak kita temui lulusan SMA yang tidak memiliki kompetensi dan ketrampilan vokasional untuk hidup. Sebab, sistem pendidikan memang disiapkan hanya sebagai jenjang untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Tak sanggup kuliah, tak mampu berkarya, anak-anak lulusan SMP dan SMA kemudian melakukan migrasi ke kota untuk menjadi buruh-buruh pabrik yang rentan terhadap eksploitasi karena rendahnya daya tawar ketrampilan yang dimilikinya.

Belum lagi isu akhlak, moralitas, dan karakter yang menyertai proses dan hasil pendidikan. Kecurangan ujian, tradisi mencontek, pornografi remaja, narkoba, hingga tawuran terus menjadi masalah-masalah siswa di sekolah. Bahkan, tawuran tak lagi menjadi monopoli anak SMP-SMA. Mahasiswa yang dianggap sebagai kelompok elit masyarakat berbasis intelektual pun sibuk melakukan tawuran dan anarkisme di mana-mana.

Secara struktural, kebijakan pendidikan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang menggembirakan. Orientasi pendidikan yang tak jelas, birokrasi pendidikan yang sibuk dengan politik-organisasi, komitmen dan pengelolaan dana yang kacau. Yang terakhir, perlakuan pendidikan sebagai institusi bisnis yang membuat dunia pendidikan semakin jauh dari harapan masyarakat umum. Pendidikan yang baik semakin mahal dan tak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat.

Ujung-ujungnya, semua kesemrawutan dalam pendidikan itu ditanggung oleh masyarakat.

Lalu, apa harapan kita sebagai anggota masyarakat? Akankah kita menjadi katak yang direbus pelan-pelan hingga kemudian ketika air mendidih menjadi tak sanggup melompat lagi dan mati?

Berkeluh-kesah boleh-boleh saja. Tapi berkeluh-kesah tak banyak berguna kecuali membuang sampah emosi kita ke alam semesta. Sambil mendorong terus perubahan dan pembaruan pendidikan, kita memerlukan inisiatif dan tindakan-tindakan yang dapat menjadi inspirasi dan alternatif buat masyarakat.


Membangun Model Alternatif

Artikel ini membahas mengenai homeschooling sebagai salah satu inisiatif dan model pendidikan alternatif bagi masyarakat. Sebagai sebuah gerakan, homeschooling menemukan signifikansinya dalam konteks inisiatif kultural yang dilakukan masyarakat sebagai respon terhadap model pendidikan yang tak memenuhi harapan.

Dalam konteks gerakan masyarakat sipil (civil society), homeschooling merupakan wujud keterlibatan/inisiatif masyarakat untuk mempengaruhi keadaan sosio politik dan mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Proposal utama dari homeschooling adalah memberikan alternatif bagi masyarakat sehingga masyarakat memiliki berbagai alternatif yang dapat dipilihnya.

Dalam ekspresi yang lebih positif, homeschooling dapat menggerakkan keluarga untuk terlibat aktif dalam pendidikan, menggantikan kepasrahan pada sistem sekolah. Partisipasi keluarga dengan seluruh kecintaan dan kepentingan masa depan anak-anak dapat menjadi sumber yang kuat untuk menjadi penggerak perubahan wajah dunia pendidikan di Indonesia.


Model Pendidikan Berbasis Keluarga

Homeschooling bukanlah sekedar mengungkung anak di rumah, mengundang guru privat yang mahal, dan model belajar artis yang malas pergi ke sekolah. Sebagai sebuah gagasan dan praktek, homeschooling jauh lebih substantif dibandingkan persepsi yang berkembang di masyarakat itu.

Homeschooling adalah gerakan “back to basic”, memasuki kembali esensi-esensi pembelajaran yang tak dipasung oleh tempat belajar, jam belajar, keharusan-keharusan administratif dan ritual-ritual (baju seragam, uang gedung, buku baru, ijazah, wisuda, dll) yang semakin menggantikan esensi proses belajar. Dengan motto “belajar di mana saja, kapan saja, bersama siapa saja”, homeschooling memberikan kesempatan proses belajar yang kontekstual dan penggunaan kehidupan keseharian sebagai sumber belajar.

Sementara model sekolah bersifat massal dan mengejar standar-standar eksternal seperti pabrik, homeschooling memberikan peluang untuk melakukan kustomisasi pendidikan; mulai aspek penentuan tujuan, pemilihan materi ajar, dan metode-metode yang digunakan dalam proses belajar. Homeschooling memberikan kesempatan kepada orangtua untuk menghargai keragaman jenis kecerdasan anak (multiple intelligences) yang tak mungkin dikembangkan dalam sistem pendidikan massal.

Homeschooling bukanlah mengubah orangtua menjadi guru untuk proses belajar anak-anak karena kemampuan orangtua pasti terbatas. Peran utama orangtua dalam homeschooling adalah menjadi mentor dan fasilitator. Proses utama dalam pembelajaran homeschooling adalah menumbuhkan dan menggerakkan spirit belajar anak-anak sehingga anak-anak dapat menjadi pembelajar mandiri. Berbeda dengan model sekolah, homeschooling justru semakin mudah dilaksanakan pada saat anak semakin besar karena semakin anak menjadi besar, anak semakin mandiri.

Karena homeschooling dibangun dengan keluarga sebagai entitas penggerak kegiatan belajar, homeschooling meniscayakan keragaman dan sistem terdistribusi. Tak ada pusat dan model standar homeschooling karena setiap keluarga bebas merancang model pendidikan sesuai tujuan-tujuan pendidikan keluarga yang khas. Yang ada adalah entitas-entitas otonom, yang saling berinteraksi dalam proses penyelenggaraan pendidikan.


Gerakan Homeschooling di Dunia

Homeschooling bukanlah sebuah ide asing di Indonesia dan dunia. Homeschooling adalah model awal pendidikan, sebelum pendidikan distrukturkan dan dilembagakan dalam institusi-institusi sekolah sebagaimana yang berkembang dalam beberapa abad terakhir ini.

Dalam khazanah Indonesia, ide-ide homeschooling dapat kita lihat akarnya dari proses belajar otodidak, magang bisnis di kalangan pengusaha China, belajar dari orangtua dan kolega di kalangan pesantren. Tokoh-tokoh semisal KH Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka adalah contoh diantara anggota masyarakat yang pernah menjalani pendidikan dengan model otodidak atau homeschooling.

Saat ini, di Indonesia ada sekitar 1400 orang yang melakukan homeschooling. Walaupun jumlah siswa homeschooling masih relatif kecil dibandingkan total seluruh siswa sekolah, siswa homeschooling terus bertambah dan tumbuh. Di Amerika Serikat saja, saat ini ada sekitar 3 juta siswa homeschooling dengan laju pertumbuhan 15% per tahun. Di Kanada, pada periode 2000-2001 ada sekitar 95.000 siswa homeschooling, di New Zealand sekitar 7000 (1996), Australia 55.000, dan masih banyak lagi kegiatan homeschooling yang tak terdata secara resmi di berbagai belahan dunia.

Di Amerika Serikat, walaupun homeschooling banyak diawali oleh kalangan agama yang merasa terancam nilai-nilai tradisionalnya (1970-an), praktisi homeschooling semakin beragam. Pertumbuhan homeschooling yang didasarkan pada alasan akademis semakin meningkat karena, berdasarkan riset, anak-anak homeschooling tidak kalah berprestasi dibandingkan anak-anak sekolah. Kekhawatiran mengenai isu sosialisasi dan eksklusivitas pun semakin tereduksi oleh fakta bahwa anak-anak homeschooling dapat berintegrasi secara sosial di masyarakat.

It works! Homeschooling dapat dipraktekkan, itulah kunci perkembangan homeschooling yang terus tumbuh di masyarakat. Homeschooling dapat diselenggarakan oleh keluarga dengan latar belakang rata-rata; baik dari segi ekonomi maupun latar belakang pendidikan. Yang dibutuhkan adalah komitmen keluarga (orangtua dan anak) serta kesediaan orangtua untuk terus belajar dan bekerja keras mengembangkan kreativitas untuk meningkatkan proses pembelajaran anak-anaknya.


Peluang & Tantangan Bersama

Sebagai sebuah model pendidikan alternatif di masyarakat, homeschooling memberikan peluang untuk berkontribusi pada perbaikan wajah pendidikan di Indonesia. Tentu saja harapan itu membutuhkan kerja keras agar gagasan-gagasan di homeschooling dapat dicerna masyarakat dengan baik.

Dengan gagasan menjadikan keluarga sebagai sentral perubahan pendidikan, gagasan homeschooling layak untuk didorong karena memberikan kesempatan pada setiap keluarga untuk menentukan apa yang terbaik buat dirinya. Homeschooling merupakan salah satu wujud demokratisasi pendidikan. Spirit otonom ini dapat menjadi energi yang kuat untuk memelihara kelangsungan gerakan ini.

Untuk dapat berkembang baik, homeschooling perlu menghadapi tantangan-tantangan yang ada di hadapannya, antara lain:


a. Dukungan legalitas

Secara prinsip, eksistensi homeschooling dijamin melalui UU Sisdiknas no 20/2003 pasal 27 yang mengatur pengakuan pendidikan jalur informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan. Negara juga menjamin praktisi pendidikan informal untuk mengikuti Pendidikan Kesetaraan jika praktisi homeschooling menginginkan kesetaraan dengan pendidikan formal (sekolah).

Tantangan legalitas homeschooling adalah mengembangkan aturan-aturan teknis yang lebih pasti dan tetap sederhana. Kesederhanaan menjadi kata kunci penyusunan aturan teknis yang mencerminkan keberpihakan negara untuk memfasilitasi inisiatif yang tumbuh di masyarakat.


b. Pembangunan infrastruktur kelembagaan

Untuk mendukung perkembangan homeschooling, diperlukan inisiatif-inisiatif untuk merekatkan kegiatan-kegiatan pembelajaran di setiap keluarga. Pembentukan komunitas belajar, interaksi antar-keluarga dan antar-komunitas diperlukan untuk menciptakan proses sinergi sekaligus pencarian model-model “best practises” yang beragam dalam penyelenggaraan homeschooling. Jaringan pembelajar (learners network) menjadi salah satu pelumas dan penggerak proses belajar dalam homeschooling.

Di masa depan, sarana fisik yang dibutuhkan dalam pengembangan homeschooling adalah pembentukan pusat belajar (learning center), perpustakaan, laboratorium, dan bengkel belajar. Lembaga-lembaga ini tidak menempel di sekolah, tetapi menjadi institusi mandiri yang dapat dimanfaatkan oleh siswa homeschooling atau siapapun yang membutuhkannya.


c. Kerangka kultural

Karena kekuatan dari homeschooling terletak pada keluarga, kunci keberhasilan homeschooling terletak pada penumbuhan kultur keluarga yang sehat. Kesehatan kultur keluarga bukan hanya terletak pada komitmennya untuk mendukung anak secara akademis-intelektual, tetapi juga komitmen untuk mengembangkan nilai-nilai moral tertinggi dan penghargaan terhadap keragaman (pendidikan multikultural) agar anak-anak dapat menjadi bagian integral yang dapat menyatu sekaligus menjadi agen perubahan untuk perbaikan masyarakat.


d. Pengembangan komunitas

Untuk mengembangkan aspek sosial dari proses pembelajaran, tantangan homeschooling adalah mengembangkan model belajar komunitas yang memungkinkan pengembangan aspek-aspek sosial dari anak homeschooling. Berbeda dengan model sekolah yang bersifat rigid dan terstruktur ketat, komunitas bersifat longgar dan cair yang berfungsi untuk mengintegrasikan proses-proses belajar individual yang diselenggarakan di rumah menjadi sebuah kerangka pandang holistik pada anak.

Demikian paparan sekilas mengenai homeschooling sebagai salah satu model alternative pendidikan. Mudah-mudahan bermanfaat dan dapat menjadi pengantar diskusi/sharing kita mengenai pendidikan di Indonesia.


» Lanjut

Sastra dan Inspirasinya


“Imagination is more important than knowledge,” demikian komentar Einstein bapak penemu teori relativitas.

Einstain menyadari bahwa imajinasi merupakan mustika berharga, yang menyuplai ide-ide baginya. Imajinasi ini diperolehnya melalui dunia sastra. Tak heran jika Einstein kemudian menjadi penggemar berat sastra, terutama puisi-puisi penyair romantik seperti Wordsworth dan Mary Shelley.


Einstein nampaknya terinspirasi mengikuti jejak pendahulunya Alfred North Whitehead—seorang ahli matematika sekaligus pengarang karya monumental Principia Mathematica (1910)—yang juga penggemar berat Wordsworth dan Mary Shelley.

Sebagaimana Einstein, Zen seorang kandidat doktor dari Indonesia yang sedang belajar phisika murni di Universitas Kyoto (1991), memberikan pengakuan bahwa ia sangat dekat dengan sastra. Dengan sastra, ia dibelajarkan untuk melakukan penjelajahan imajinasi yang tak terbatas, sehingga baginya sastra bukan semu atau khayal, tetapi konkrit (Putu Wijaya, 2007).

Karakter khas sastra ini juga di kemukakan I.A Richard dalam bukunya Peotries and Science (1926). Menurut Richard, dunia sastra mampu menyuguhkan imajinasi sehingga memberi inspirasi orang untuk berkarya. Sastra juga bisa menjadi basis (core) bagi munculnya berbagai disiplin keilmuan. Banyak pemikir inovatif dalam ilmu sosial dan eksak, mempunyai latar belakang teori sastra yang kuat atau setidaknya penikmat sastra. Sebut saja misalnya, Edward W. Said, yang membongkar epistemologi orientalisme sambil membuka pintu poskolonialisme; Michel Foucault, yang mengadakan analisis wacana untuk melihat prawacana; atau Antonio Gramsci, yang melihat sastra sebagai medium pembaharuan moral dan untuk mengungkapkan ideologi-ideologi kelompok sosial, dan sebagainya. Kenyataan ini, menjadi penanda bahwa sastra menjadi layaknya bapak asuh bagi para ilmuan.

Kita juga tentu kenal Teori Heliosentris (matahari sebagai pusat orbit) yang dilontarkan Copernicus tahun 1512. Teori monumental ini sempat menuai kontroversi, lantaran membalik doktrin gereja yang berabad-abad lamanya diyakini sebagai satu-satunya kebenaran mutlak. Tentu saja teori ini tidak lahir melalui observasi dengan pergi ke orbit matahari, tetapi berawal dari imajinasi dan intuisi Copernicus—yang juga seorang sastrawan.

Demikian halnya kemunculan ilmu Matematika atau Aljabar. Disiplin ilmu tersebut lahir dari ekspresi atau luapan imajinasi yang diguratkan dengan angka, simbol dan deretan rumus atau persamaan-persamaan. Bahkan, beberapa ilmuwan ternama seperti astronomer Carl Sagan, kosmolog Free Dyson, dan rocketry Wernher Von Braun, mengawali karir mereka dari kegemaran membaca sastra fiksi-fiksi sains.

Saling Memengaruhi
Richard (1926) meramalkan bahwa abad modern, akan menjadi masa-masa kemenangan sastra. Pada abad tersebut, sastra bakal kembali diperbincangkan secara serius. Hal ini lantaran masyarakat abad modern didera krisis dahaga spiritualitas yang amat sangat. Tatkala sains hanya mementingkan persoalan materialis-hedonis, sementara agama hanya mengurusi persoalan akhirat atau eskatologi, sastra hadir menjembatani keduanya.

Sains dengan kelebihannya, memang sanggup memenuhi kebutuhan fisik-materialistik dan hedonis setiap orang. Akan tetapi, dahaga batiniah yang sudah mencapai titik akut tersebut, tidak bisa ditawarkan dengan kesenangan sesaat. Oleh karena itu, Richard menganjurkan manusia modern untuk menghidupkan kembali dunia sastra. Sebab, melalui sastra—yang kaya unsur estetis, filosofis, imajinasi dan emosional—dahaga batiniah umat manusia bakal terobati.

Sayangnya, sastra yang merupakan pengejawantahan perasaan dan intuisi, sering kali dianggap tidak ada kontribusinya bagi kehidupan. Masyarakat kita selalu memandangnya dengan sebelah mata. Para orangtua merasa rugi jika putra-putrinya, kebetulan kuliah di jurusan atau fakultas sastra. Apalagi, jika menjadi sastrawan atau memiliki menantu sastrawan. Para orangtua pasti mengelus dada, mau diberi makan apa anak istri sastrawan ? Dalam stigma mereka, ukuran kehidupan ditentukan oleh materi, sementara sastra tidak mampu menghasilkan kelimpahan materi layaknya sains.

Selain itu, acapkali perasaan dan instuisi—sebagai basis sastra—dipertentangkan dengan pikiran sebagai basis sains. Pada konteks nyata, ada anggapan sastrawan tidak perlu berpikir—tidak membutuhkan ilmuwan—sementara ilmuwan tidak perlu asupan darah dan belulang sastra. Padahal, ilmuwan perlu mengimajinasikan sebuah gambar kawasan atau obyek yang akan ditelitinya, sebelum ia mulai membangun teori lalu mengujinya. Meski langkah sains dituntun oleh metodologis yang khas, tetapi imajinasi merupakan pendahulu semua langkah empiris tersebut. Dengan kata lain, ilmuwan perlu sastra sebagai penopang alam imajinasinya tatkala mengkonsep sebuah hipotesa atau asumsi penelitian.

Pada ranah ontologi (metafisis), sastra dan sains merupakan satu kesatuan. Sebab, antara sastra dan sains sama-sama berupaya mengajukan model-model tentang kenyataan. Persinggungan lainnya ialah pada ranah formal, yakni sama bermain dengan manipulasi simbolik. Keduanya saling memengaruhi, sains juga dapat menjadi inspirasi bagi sastrawan atau juga sebaliknya. Misalnya Edgar Allan Poe (Eureka), Lewis Carrol (Alice’s Adventure in Wonderland), dan Jorge Luis Borges (Ficciones) merupakan penulis yang berhasil menautkan sastra dan sains.

Banyak kisah dari fiksi-sains yang menjadi inspirasi penemuan sains hebat. Misalnya, penemuan bom atom, balon udara Zeppelin dan pesawat luar angkasa Appolo 11 milik NASA, terinspirasi kisah-kisah yang ditulis Jules Verne dalam novel fuksi-sains From The Earth to the Moon. Lantaran ide-ide genius tersebut, Jules Verna mendapat julukan Bapak Fiksi Sains. Sementara, penulis lain yang karyanya tak kalah mencengangkan adalah H.G. Wells, dengan karya The Time Machine (1895), The Invisible Man (1897), The War of the Worlds (1898), The First Men in the Moon (1901), dan beberapa koleksi novel menarik lainnya. Hingga sekarang, karya-karya fiksi sains tidak hanya berupa novel saja tetapi juga telah diadaptasi ke dalam film dan televisi; seperti, Star Wars, The Matrix, Independence Day, Star Trek, dan lain sebagainya. Ini menunjukkan betapa keistimewaan imajinasi yang disuguhkan sastra, banyak memberi kontribusi positif bagi sains, terutama sebagai inspirasi ilmuwan membuat karya teknologi.

Sayangnya, perkembangan sains teknologi dan sastra di Indonesia sendiri secara umum masih terperangkap dalam bingkai "dua budaya", yakni sains belum memberikan masukan berarti dalam perkembangan sastra. Sementara kecenderungan umum dalam sastra kita, yakni merayakan sains dan teknologi dengan kekaguman, atau bersikap kritis terhadap sains dan teknologi. Selain itu, sastra juga masih menjadi dunia para penghayal, sementara sains mengukuhkan dirinya sebagai basis kenyataan dan kemajuan (Yasraf Amir Piliang, 2007).

Kecenderungan ini juga terasa di perguruan-perguruan tinggi (PT) kita. Mata kuliah atau jurusan sastra kurang populer—untuk mengatakan kurang diminati—di kalangan mahasiswa ketimbang mata kuliah atau jurusan sains. Mestinya, ada integrasi atau penambahan muatan mata kuliah antar kedua fakultas tersebut. Mahasiswa jurusan sastra misalnya, diperkenalkan dengan dunia sains agar kompetensi sastra yang dimilikinya, bisa memberi sumbangsih positif bagi kemajuan sains. Demikian halnya mahasiswa yang selama ini berkecimpung di dunia sains, juga harus diakrabkan dengan sastra—sebagaimana yang diterapkan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Tujuannya, mahasiswa diajak untuk berekreasi imajiner dan memaknai berbagai sisi kehidupan yang dapat dipetik dari karya sastra yang dibahas.

Selain itu, melalui sastra mahasiswa juga diajak menguliti esensi kehidupan untuk mempertebal rasa kemanusiaan, sekaligus menjadi semacam “starter”, pemicu pada penjelajahan pemikiran yang tak terbatas ke segala arah. Hadirnya sastra dalam fakultas atau jurusan sains, juga sebagai upaya meminimalisasi peran teknologi yang selalu arogan dan merasa give solution. Dengan kata lain, sastra bisa menjadi semacam oase di tengah keangkuhan sains. Semoga

» Lanjut

Senin, 04 Agustus 2008



» Lanjut

Rabu, 30 Juli 2008

Menciptakan Inspirasi


Setiap penulis pasti pernah mengalami kebuntuan dalam menulis. Mendadak macet di tengah-tengah proses penulisan, atau justru melepem saat baru ingin mulai menulis. Penyebabnya karena padamnya lentera inspirasi. Jalan pikiran menjadi gelap. Alhasil sang penulis terjebak, tak tahu harus melanjutkan ke arah mana. Tak ubahnya bagai perahu layar yang mendadak berhenti melaju akibat mati angin. Tidak maju, tidak pula mundur. Hanya mengapung-apung di tengah samudera. Jika sudah begitu, haruskah penulis berhenti menulis sementara menunggu kembalinya inspirasi?


Inspirasi adalah motor penggerak bagi penulis. Kehadirannya memang tak bisa ditebak. Kadang datang begitu saja tanpa diminta, kadang tak kunjung tiba meski sudah dinanti-nanti. Lantas bagaimana seandainya inspirasi tidak datang juga setelah sekian lama, haruskah penulis hanya terus menunggunya? Tentu saja tidak, karena jika seorang penulis baru menulis setelah inspirasi yang ditunggunya tiba, ini akan menyulitkan si penulis itu sendiri. Ia sulit menjadi produktif apabila hanya mengandalkan kedatangan inspirasi alias hanya pasif menunggu sampai inspirasi itu hinggap di kepalanya. Oleh sebab itu, penulis harus aktif mencari inspirasi. Menangkap inspirasi.
Di mana inspirasi berada? Thornton Wilder (1897-1975), seorang novelis dan penulis sandiwara terkenal asal Amerika, berkata demikian: “bahan mentah karya-karya besar hanyut mengapung mengitari dunia, menunggu untuk dibungkus kata-kata.” Dengan kata lain, inspirasi ada di mana-mana. Dunia di sekeliling kita adalah harta karun inspirasi yang terus bertambah jumlahnya seiring dengan perjalanan waktu. Setiap hari selalu ada yang baru. Matahari di hari Senin tak pernah seratus persen sama dengan Matahari di hari Selasa keesokan harinya. Lagu X yang kita nikmati di bawah langit cerah pastilah menghasilkan nuansa berbeda dengan lagu X yang sama yang kita nikmati saat langit kelabu berhujan. Selalu ada sesuatu yang baru. Betapa melimpahnya inspirasi itu di sekitar kita. Keseharian kita sesungguhnya bertaburan inspirasi : filem, berita, buku, musik, langit, bunga, kucing, pakaian, tutur kata, gerak-gerik, tatapan mata, deru mobil, angin sore, lilin yang menyala, bulan purnama….; terlalu banyak untuk disebutkan. Itu hanya sebagian kecil dari sarang inspirasi.
Inspirasi selalu sedang menunggu kita, para penulis, untuk menemukan dan menangkapnya. Dan kita pasti bisa, sebab kita semua telah diperlengkapi dengan seperangkat alat penangkapnya: indera. Jadi, apapun aktivitas keseharian atau kegiatan favorit kita, jangan biarkan inspirasi berlalu begitu saja tanpa arti. Jangan biarkan filem yang kita tonton, musik yang kita nikmati, buku yang kita baca, berita yang kita dengar, kejadian yang kita saksikan, orang-orang yang kita temui dan sebagainya, lewat dan sirna tanpa kita sempat menangkap inspirasi yang bertebaran di dalamnya.
Tangkaplah inspirasi itu. Lalu catat dalam sebaris atau dua baris kalimat agar jangan sampai hilang terlibas keseharian kita yang lain sebelum akhirnya kita menjadikannya sebagai nafas dari tulisan kita kemudian.

» Lanjut

Budaya dan Inspirasi


Siapa yang tidak kenal istilah Bollywood? Kualitas sebagian film Bollywood tidak dengan kualitas film besutan Hollywood. Lalu, apa yang membuat Bollywood tampil berbeda dengan Hollywood? Apakah karena adanya musik aduhai yang selalu mengiringi setiap filmnya. Apakah karena ciri khasnya yang selalu menampilkan pusar pemain perempuannya? Apakah karena ada Shahrukh khan dan Amitabachan?


Jawabannya adalah budaya. Jika Hollywood menawarkan film dengan begitu banyak macam budaya, maka Bollywood selalu konsisten menawarkan film bernuansa budaya India yang sangat kental. Lalu bagaimana mungkin industri film lokal Bollywood bisa mendunia? Jawabannya adalah karena Bollywood dicintai oleh masyarakatnya sendiri. Terbukti bahwa kultur warisan budaya lokal tidak hanya dapat menjadi barrier di era modern saat ini, melainkan juga bisa berpotensi menjadi industri kreatif yang cukup menjanjikan.
Memang, pelestarian budaya sepenuhnya berada di tangan masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat mencintai budaya mereka sendiri, maka budaya tersebut akan dapat bertahan meski diterjang oleh ombak modernisasi yang semakin kuat. Pertanyaannya, apakah kalian sudah mencintai budaya Indonesia, termasuk produk dalam negeri juga? Jangan salah ya, jika Honda bisa merajai penjualan kendaraan bermotor di Indonesia, Honda ternyata tidak bisa menjadi nomor 1 di India. Semua karena kecintaan penduduknya terhadap karya negerinya.
Contoh lainnya adalah Jepang. Jepang termasuk negara yang ngotot dalam melestarikan budayanya, termasuk bahasa Jepang, meski Jepang merupakan negara yang sangat modern di Asia. Selain itu, industri kreatif di Jepang berhasil mendunia melalui manga dan anime. Siapa yang tidak kenal Naruto, Doraemon, Shinchan, Gundam, Kamen Rider, Pokemon, Digimon, dan segudang karya kreatif lainnya. Setiap hari bermunculan anime dan manga baru seakan tak ada habisnya.
Nah, lalu apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus meniru Bollywood dengan memproduksi film musikal ala Roma Irama jaman dulu. Ataukah kita harus ikut-ikutan bikin komik ala manga style supaya laku di pasaran? Ah, tidak harus selalu begitu…
Ingat teman-teman, negara kita adalah negara yang sangat kaya akan budaya khas Indonesa, terbentang dari Sabang hingga Merauke. Tinggal bagaimana kreatifitas kita mengemas budaya kita sendiri supaya tampil menarik di era modern ini.
Kita harus paham bahwa arus budaya luar dengan mudahnya berasimilasi dengan budaya lokal Indonesia dan secara konsisten menggerus kebiasaan generasi muda Indonesia. Oleh karena itu, kita harus mulai menghadirkan kembali spirit budaya lokal dalam jiwa generasi muda saat ini. Mulailah dari diri sendiri dengan menggugah kemauan diri sendiri untuk lebih mengenal budaya Indonesia.
Pertanyaan sederhana, lebih asik mana, memainkan piano atau angklung. Lebih enak mana, sepotong french fries atau regginang? Lebih menarik mana, nonton wayang atau film Hollywood?

» Lanjut

Selasa, 22 Juli 2008

About Hope & Dreams


“In the long run, men hit only what they aim at. Therefore, they had better aim at something high.”
Henry David Thoreau

“All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them.”
Walt Disney

“The poorest man is not without a cent, but without a dream.”
Unknown


“Optimism is the faith that leads to achievement. Nothing can be done without hope and confidence.”
Helen Keller

“Most of the important things in the world have been accomplished by people who have kept on trying when there seemed to be no hope at all.”
Dale Carnegie

“Everything that is done in the world is done by hope.”
Martin Luther

“The capacity for hope is the most significant fact of life. It provides human beings with a sense of destination and the energy to get started.”
Norman Cousins

“While there's life, there's hope.”
Marcus Tullius Cicero

“My hopes are not always realized, but I always hope.”
Ovid

“Never give up, for that is just the place and time that the tide will turn.”
Harriett Beecher Stow

» Lanjut

About Success


“There are two types of people who will tell you that you cannot make a difference in this world: Those who are afraid to try and those who are afraid you will succeed.”
Ray Goforth

“Success is not to be measured by the position someone has reached in life, but the obstacles he has overcome while trying to succeed.”
Booker T. Washington


“One doesn't discover new lands without consenting to lose sight of the shore for a very long time.”
Andre Gide

“It's hard to beat a person who never gives up.”
Babe Ruth

“Most people achieved their greatest success one step beyond what looked like their greatest failure.”
Brian Tracy

“Many of life's failures are men who did not realize how close they were to success when they gave up.”
Thomas Edison

“The ability to discipline yourself to delay gratification in the short term in order to enjoy greater rewards in the long term is the indispensable pre-requisite for success”
Brian Tracy

“I long to accomplish a great and noble task, but it is my chief duty to accomplish small tasks as if they were great and noble.”
Helen Keller

“There is no failure. Only feedback.”
Unknown

“Successful leaders have the courage to take action while others hesitate.”
John Maxwell


» Lanjut

About Love & Romance


“Love is not blind -- it sees more, not less. But because it sees more, it is willing to see less.”
Rabbi J. Gordon

“Do everything with so much love in your heart that you would never want to do it any other way.”
Yogi Desai


“You can give without loving, but you cannot love without giving.”
Amy Carmichael

“Don't hold to anger, hurt or pain. They steal your energy and keep you from love.”
Leo Buscaglia

“If it is your time, love will track you down like a cruise missile.”
Lynda Barry

“When I first met you I was afraid to like you, now that I like you I'm afraid to love you, now that I love you I'm afraid to lose you.”
Unknown

“People who are sensible about love are incapable of it.”
Douglas Yates

“I knew looking back on the tears would make me laugh, but I never knew looking back on the laughs would make me cry.”
Unknown

“Forgiveness does not change the past, but it does enlarge the future.”
Paul Boese

“The work will wait while you show the child the rainbow but the rainbow won't wait while you do the work.”
Unknown


» Lanjut

About Leadership


“Never tell people how to do things. Tell them what to do and they will surprise you with their ingenuity.”
George S. Patton

“Treat people as if they were what they ought to be, and you help them to become what they are capable of being.”
Johann Wolfgang von Goethe


“Do not go where the path may lead, go instead where there is no path and leave a trail.”
Ralph Waldo Emerson

“Leadership is the capacity to translate vision into reality.”
Warren G. Bennis

“The man who wants to lead the orchestra must turn his back on the crowd.”
James Crook

“If you command wisely, you'll be obeyed cheerfully.”
Thomas Fuller

“A leader takes people where they want to go. A great leader takes people where they don't necessarily want to go, but ought to be.”
Rosalynn Carter

“A leader's role is to raise people's aspirations for what they can become and to release their energies so they will try to get there.”
David Gergen

“Outstanding leaders go out of their way to boost the self-esteem of their personnel. If people believe in themselves, it's amazing what they can accomplish.”
Sam Walton

“The real leader has no need to lead--he is content to point the way.”
Henry Mille

» Lanjut

Recently Added

“Just because something is easy to measure doesn't mean it's important.”
Seth Godin

“Never doubt that a small group of thoughtful, committed citizens can change the world. Indeed, It is the only thing that ever has.”
Margaret Mead


“People are, if anything, more touchy about being thought silly than they are about being thought unjust.”
E. B. White

“Selling to people who actually want to hear from you is more effective than interrupting strangers who don't.”
Seth Godin

“Take away my people, but leave my factories, and soon grass will grow on the factory floors. Take away my factories, but leave my people, and soon we will have a new and better factory.”
Andrew Carnegie


» Lanjut

Senin, 21 Juli 2008

Tentang Motivasi


Ada banyak cara untuk memotivasi orang lain mencapai sasaran atau menyelesaikan suatu tugas maupun mengatasi persoalan atau tantangan yang dihadapinya. Salah satu karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuannya untuk memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan atau misi dari organisasinya. Seorang pemimpin yang tidak mampu memotivasi orang-orangnya, tidak lebih dari seorang penunjuk jalan, yang tahu ke mana harus pergi tetapi sepenuhnya tidak dapat mengendalikan mereka yang dipandunya.

Jenderal Norman Schwarzkopff, pemimpin Sekutu semasa Perang Teluk menunjukkan bahwa seorang pemimpin dalam militer yang memiliki wewenang untuk memaksakan kepatuhan, biasanya adalah seorang motivator yang buruk. Pada prinsipnya, jika kita selalu menggunakan pendekatan kekuasaan untuk memaksa orang lain melakukan sesuatu, maka organisasi kita tidak akan bertahan lama. Jika ada sedikit kesempatan, maka orang-orang dalam organisasi kita akan keluar atau paling tidak kinerja (performance) mereka jauh dari yang kita harapkan. Banyak sekali organisasi atau perusahaan mengalami turnover yang besar karena pegawainya tidak memiliki motivasi yang benar.

Hubungan Motivasi dengan Emosi
Kemampuan seorang pemimpin untuk memotivasi anggota timnya sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya (EQ-nya). Paling tidak (sebagaimana pernah kita bahas dalam edisi Mandiri 13 tentang Manajemen Emosi) ada enam keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, sebelum dia dapat memimpin orang lain, yaitu:

Mengenali emosi diri
Keterampilan ini meliputi kemampuan kita untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya kita rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, kita harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Ketidakmampuan untuk mengenali perasaan membuat kita berada dalam kekuasaan emosi kita, artinya kita kehilangan kendali atas perasaan kita yang pada gilirannya membuat kita kehilangan kendali atas diri dan hidup kita.

Mengelola emosi diri sendiri
Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada kita. Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri (self controlled) yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.

Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri (achievement motivation). Kendali diri emosional – menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati – adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.

Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan keterampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut Covey sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.

Mengelola emosi orang lain
Jika keterampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antarpribadi, maka keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antarmanusia. Keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antarpribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antarkorporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antarindividu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain (baca: membina hubungan yang efektif dengan pihak lain) semakin tinggi kinerja organisasi itu secara keseluruhan.

Memotivasi orang lain
Keterampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari keterampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan handal.

3 Jenis Motivasi
Jadi memotivasi orang lain, bukan sekadar mendorong atau bahkan memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasinya. Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi seseorang, yaitu: pertama, motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya orang patuh pada bos karena takut dipecat, orang membeli polis asuransi karena takut jika terjadi apa-apa dengannya, anak-istrinya akan menderita.
Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. Sedangkan motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya bekerja bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya.
Dalam buku The One Minute Manager, kedua penulis (Kenneth Blanchard dan Spencer Johnson) merangkum topik bahasan kita mengenai motivasi ini dalam sebuah ilustrasi yang amat menarik mengenai Manajer Satu Menit. Untuk menjadi manajer yang efektif dan dapat memotivasi anak buah untuk mencapai sasaran perusahaan, maka ada tiga hal yang harus dilakukan.
Pertama adalah membangkitkan inner motivation dari orang yang dipimpinnya dengan menetapkan berbagi misi atau sasaran yang akan dicapai. Kita sebagai pemimpin perlu berbagi dengan tim kita untuk secara bersama melihat visi secara jelas dan mengapa kita melakukannya. Motivasi yang benar akan tumbuh dengan sendirinya ketika seseorang telah dapat melihat visi yang jauh lebih besar dari sekadar pencapaian target. Sehingga setiap orang dalam organisasi kita dapat bekerja dengan lebih efektif karena didorong oleh motivasi dari dalam dirinya.
Hal kedua dan ketiga yang perlu dilakukan oleh seorang manajer efektif adalah memberikan pujian yang tulus dan teguran yang tepat. Kita dapat membuat orang lain melakukan sesuatu secara efektif dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif. Bahkan dalam bukunya yang melegenda, Dale Carnegie (How to Win Friends and Influence People) menempatkan ini sebagai prisip pertama dan kedua dalam menangani manusia, yaitu: (1) jangan mengkritik, mencerca atau mengeluh, dan (2) berikan penghargaan yang jujur dan tulus. Manusia pada prinsipnya tidak senang dikritik, dicemooh atau dicerca, tetapi sangat haus akan pujian dan apresiasi. Tetapi kritik atau teguran yang tepat seringkali justru diperlukan untuk membangun tim kerja yang kokoh dan handal. Yang penting dalam menegur orang lain adalah bukan pada apa yang kita sampaikan tetapi cara menyampaikannya. Teguran yang tepat justru dapat menjadi motivasi dan menimbulkan reaksi yang positif.
Penelitian yang dilakukan dalam lima puluh tahun terakhir menunjukkan bahwa motivasi kerja tidak semata didasarkan pada nilai uang yang diperoleh (monetary value). Ketika kebutuhan dasar (to live) seseorang terpenuhi, maka dia akan membutuhkan hal-hal yang memuaskan jiwanya (to love) seperti kepuasan kerja, penghargaan, respek, suasana kerja , dan hal-hal yang memuaskan hasratnya untuk berkembang (to learn), yaitu kesempatan untuk belajar dan mengembangkan dirinya. Sehingga akhirnya orang bekerja atau melakukan sesuatu karena nilai, ingin memiliki hidup yang bermakna dan dapat mewariskan sesuatu kepada yang dicintainya (to leave a legacy).

» Lanjut

Kata Mutiara

http://tanpatinta.blogspot.com/ Kata Bijak hari Ini: Selanjutnya

Panduan Jiwa

Coretan


Free chat widget @ ShoutMix